Hati-Hati, Wanita Kerap Dilanda Depresi Usai Pernikahan!
SETELAH pusing merencanakan dan akhirnya melewati hari pernikahan, banyak wanita mengalami depresi. Belakangan, kondisi ini menyisakan penderitaan dan kekecewaan. Maka, segeralah menempuh langkah solusi.
Beberapa indikasi wanita mengalami depresi setelah pernikahan, di antaranay mudah marah, gelisah, merasa berbuat kesalahan dengan menikah, bosan, berdebat dengan pasangan tentang hal-hal sepele, dan menurunnya aktivitas seksual. Demikian diterangkan psikiater Dr Terry Eagan saat menguak masalah ini bersama Sheknows.
Eagan menambahkan, alasan paling umum depresi usai pernikahan adalah kebanyakan pasangan tidak mempersiapkan diri sebelum menikah. Mereka membayangkan hidup menikah tanpa masalah atau perselisihan. Pengeluaran melebihi anggaran pernikahan dan rencana keuangan yang tidak jelas juga menjadi alasan umum masalah ini.
Banyak pengantin baru tidak bersemangat memulai hidup baru dengan orang yang mereka kasihi karena menghadapi kenyataan bahwa setiap hari dia akan menemui orang yang sama sepanjang hidupnya. Faktor-faktor seperti perbedaan sikap, manajemen waktu, masalah financial, harapan seksual, dan kebiasaan-kebiasaan lain mulai menjengkelkan satu sama lain.
Lantas, adakah cara untuk mengatasi masalah ini? Sebagian besar pasangan bisa melewati masalah ini saat keduanya rela menjalani terapi dan mengetahui sejauh mana masalah ini mendera.
Untuk kebanyakan pasangan, masalah depresi akan berlalu dengan sendirinya selama beberapa bulan usai pernikahan. Jika masalah berlangsung lama dan cenderung bertambah buruk, usahakan untuk bicara dan mencari solusinya pada konselor pernikahan. (ftr)
Beberapa indikasi wanita mengalami depresi setelah pernikahan, di antaranay mudah marah, gelisah, merasa berbuat kesalahan dengan menikah, bosan, berdebat dengan pasangan tentang hal-hal sepele, dan menurunnya aktivitas seksual. Demikian diterangkan psikiater Dr Terry Eagan saat menguak masalah ini bersama Sheknows.
Eagan menambahkan, alasan paling umum depresi usai pernikahan adalah kebanyakan pasangan tidak mempersiapkan diri sebelum menikah. Mereka membayangkan hidup menikah tanpa masalah atau perselisihan. Pengeluaran melebihi anggaran pernikahan dan rencana keuangan yang tidak jelas juga menjadi alasan umum masalah ini.
Banyak pengantin baru tidak bersemangat memulai hidup baru dengan orang yang mereka kasihi karena menghadapi kenyataan bahwa setiap hari dia akan menemui orang yang sama sepanjang hidupnya. Faktor-faktor seperti perbedaan sikap, manajemen waktu, masalah financial, harapan seksual, dan kebiasaan-kebiasaan lain mulai menjengkelkan satu sama lain.
Lantas, adakah cara untuk mengatasi masalah ini? Sebagian besar pasangan bisa melewati masalah ini saat keduanya rela menjalani terapi dan mengetahui sejauh mana masalah ini mendera.
Untuk kebanyakan pasangan, masalah depresi akan berlalu dengan sendirinya selama beberapa bulan usai pernikahan. Jika masalah berlangsung lama dan cenderung bertambah buruk, usahakan untuk bicara dan mencari solusinya pada konselor pernikahan. (ftr)
Post a Comment